Terletak sekitar 6 km
ke arah barat laut dari Candi Singosari, perjalanan menuju Candi
Sumberawan dihiasi dengan kehidupan masyarakat desa dengan latar
pegunungan. Di tepian jalan yang kecil, bergelombang, dan berbatu,
sesekali tampak petani tengah berjalan memikul pacul tanpa alas kaki.
Senyum pun kerap kali dilontarkan. Perjalanan menuju candi ini memang
agak sulit. Selain harus berhati-hati dalam berkendara, petunjuk jalan
dan arah yang kurang detil memaksa pengunjung mau tak mau untuk berhenti
sejenak dan bertanya arah kepada penduduk lokal.
Setelah bertanya arah
beberapa kali, kami sampai di kawasan serupa tempat pemandian umum
terbuka di mana beberapa anak terlihat sedang mandi, juga perempuan
tengah mencuci baju. Tampak di sebelah kanan, sebuah plang sederhana
dari kayu menunjukkan jarak 400 meter menuju candi serta bentuk panah
mengarah pada jalan setapak di antara pinggiran sawah dan parit berair
jernih. Tak yakin dengan arah, seorang ibu dengan seember cucian di atas
kepalanya meyakinkan kami bahwa itu adalah jalan menuju candi yang kami
maksud. Motor pun kami tuntun sambil kami berjalan pelan.
Hamparan sawah yang baru ditanam serta aliran air yang begitu bening membuat kami terkagum. Setelah menyebrangi jembatan sempit, kami sampai di antara rindang pepohonan. Motor kami parkir di sini. Seorang tukang bakso menjamin aman kendaraan, serta memberitahu posisi candi di balik rindang hijau. Tapi kami tak langsung pergi, melainkan duduk sejenak menikmati pesona dan sejuknya alam sekitar: hamparan sawah, rindangnya pepohonan, serta gemericik mata air pegunungan. Semangkuk bakso mengisi rasa lapar kami. Sesekali terdengar kicau merdu burung dan nyanyian serangga di balik pepohonan.
Hamparan sawah yang baru ditanam serta aliran air yang begitu bening membuat kami terkagum. Setelah menyebrangi jembatan sempit, kami sampai di antara rindang pepohonan. Motor kami parkir di sini. Seorang tukang bakso menjamin aman kendaraan, serta memberitahu posisi candi di balik rindang hijau. Tapi kami tak langsung pergi, melainkan duduk sejenak menikmati pesona dan sejuknya alam sekitar: hamparan sawah, rindangnya pepohonan, serta gemericik mata air pegunungan. Semangkuk bakso mengisi rasa lapar kami. Sesekali terdengar kicau merdu burung dan nyanyian serangga di balik pepohonan.
Melangkah mengikuti
jalan setapak di antara pepohonan, akhirnya kami tiba di Candi
Sumberawan. Dikelilingi hanya oleh pagar kawat dengan papan pengumuman
yang telah berlumut dan informasi seadanya, tampak sebuah bangunan
berbatu andesit, begitu menonjol dan menarik pandangan kami
- Sebuah Stupa Misterius
Candi Sumberawan
merupakan canti tunggal yang hanya terdiri dari kaki, badan, dan kepala
yang meruncing ke atas. Pada batur candi terdapat selasar berlapis-lapis
dengan kaki berbentuk bujur sangkar. Sedangkan bagian selanjutnya,
adalah lapis berbentuk segi delapan yang menopang genta. Perpaduan
geometris yang menggabungkan bentuk persegi dan lingkaran yang
diciptakan, sungguh menjadi kombinasi yang unik dan cerdas. Ujung atas
candi sengaja dibiarkan kosong karena bagian tersebut masih belum
ditemukan. Tidak ada tangga atau relief apapun yang mengarah pada patung
dewa, benda, maupun sosok suci, sehingga mengindikasikan Candi
Sumberawan sebagai sebuah wujud stupa utuh. Diduga, bentuk Candi
Sumberawan mirip dengan stupa induk di tingkat Arupadhatu di puncak
Candi Borobudur, yang melambangkan pencapaian menuju Nirwana. Candi
dengan bentuk stupa biasanya dibangun sebagai bentuk Buddha dengan
fungsi untuk menyimpan relik Sang Buddha atau ziarah. Bentuk stupa dapat
pula diasosiasikan dengan gunung yang menjadi makna dari sebuah
kebesaran dan keagungan: Sang Maha Pencipta.
- Sumber Kedamaian dan Keselarasan Alam
Masih di area candi,
bisa kita temukan dua buah petirtaan. Di sebelah kiri, menuruni beberapa
pijakan anak tangga, terdapat sebuah kolam kecil terbuka dengan patung
yang mengaliri air. Air yang tidak pernah surut dan begitu jernih serta
segar tersebut keluar dari gentong yang dipegang oleh patung Sang Dewi
yang telah berlumut. Perlambang kesuburan dan fertilitas alam yang
diasosiaskan dengan femininitas perempuan. Di sisi lain, adalah
petirtaan dengan pijakan berbentuk segi delapan di mana pijakan yang
paling bawah atau terdekat dengan air, memiliki relief kura-kura sebagai
binatang air. Pengunjung diperbolehkan untuk mengambil air atau
mengguyur badan pada petirtaan dengan izin dari juru kunci candi.
Candi Sumberawan masih
dipergunakan oleh kalangan tertentu sebagai tempat yang sakral dan suci.
Ini terlihat adanya sesajen bunga dan dupa yang dibakar menghadap
candi. Masyarakat lokal juga masih menghormati dan menganggap candi
sebagai tempat yang dikeramatkan. Hal tersebut berkaitan dengan peran
penting candi yang mengalirkan sumber mata air bersih dan irigasi sawah
bagi masyarakat di desa sekitar. Suasana yang damai dan sakral,
mengundang banyak orang untuk melakukan ritual atau peribadahan di
sekitar candi. Pengelola atau juru kunci mengizinkan pengunjung untuk
melakukan semedi atau berdoa sambil menginap di ruangan khusus yang
dibangun di dekat Candi Sumberawan. Tentu untuk menginap, dibutuhkan
persyaratan khusus dan waktu yang tepat.
Mengunjungi Candi
Sumberawan, tidak hanya memberikan sedikit potret mengenai sejarah masa
lalu Jawa pada era Hindu-Buddha, melainkan sebuah pengalaman spiritual
di mana kedamaian dan keindahan alam merupakan perpaduan yang mengiringi
kehidupan fisik dan rohani manusia. Dari telaga mata air pegunungan
yang berada di kawasan Candi Sumberawan, ternyata menyimpan siklus yang
mengaliri berkah bagi kesuburan sawah-ladang penduduk, serta
ketergantungan manusia terhadap kelestarian alam semesta bagi kehidupan.Tips Perjalanan
- Dari Kota Malang, Anda bisa menaiki kendaraan umum ke arah Singosari (sekitar 1,5-2 jam perjalanan) dan turun tepat di gapura bertuliskan Wisata Candi Singosari. Lokasi Candi Sumberawan masih terdapat di kawasan wisata candi serta situs bersejarah lainnya, tepatnya 6 km ke arah barat laut dari Candi Singosari. Jangan segan untuk bertanya pada penduduk sekitar karena penunjuk arah tidak terlalu jelas dan informatif.
- Karena memiliki banyak candi dan situs bersejarah dengan jarak yang berjauhan, sebaiknya menyewa kendaraan bermotor di Kota Malang untuk mempermudah penelusuran menuju berbagai situs Kerajaan Singosari. Namun, terdapat banyak ojek yang bisa disewa untuk pulang-pergi. Sebaiknya tawarkan harga untuk berkeliling ke lokasi lebih dari satu candi dan situs lainnya dengan harga sekitar Rp 50 ribu untuk sewa sekitar setengah hari.
- Biasanya, tarif kunjungan dikenakan biaya sebesar Rp 2.000, tapi sebaiknya berikanlah donasi lebih kepada penjaga atau juru kunci candi karena mereka dibayar dengan sangat rendah, bahkan secara sukarela. Rumah makan hanya banyak ditemukan di sekitar Candi Singosari, dengan variasi bakso dan hidangan Jawa Timur-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar